Kehadiran arsitektur, tidak semata-mata dibentuk oleh faktor teknis, teknologi, dan material bangunan, tetapi diwujudkan melalui berbagai pergumulan gagasan dan pemikiran.
Gerakan pemikiran dalam arsitektur, untuk sebagian dikemas dan dipadatkan dalam apa yang disebut kredo. Kredo, sebagai hasil eksplorasi pemikiran para Arsitek, sejak masa lalu sampai masa kini menjadi penting untuk dipelajari dan didalami untuk menjadi bahan literasi, refleksi, dan sumber inspirasi desain.
Demikianlah, buku ini: “Kredo Arsitektur: Dari Puisi menjadi Konstruksi” yang ditulis oleh 11 dosen Arsitektur, Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) adalah respons terhadap urgensi dan kebutuhan akan adanya catatan sejarah pemikiran arsitektur itu.
Hakikat dari kredo adalah sebuah puisi dan juga suatu ideologi, atau setidaknya merupakan bagian dari ideologi. Secara umum, dalam konteks arsitektur, ideologi merupakan gagasan, nilai, dan keyakinan yang membentuk cara pandang seorang Arsitek terhadap lingkungan alam, sosial, dan relasinya dengan Tuhan sebagai pencipta semesta. Cara pandang ini berfungsi untuk memandu interpretasi bangunan realitas yang menjadi inspirasi desain arsitektur, membangun prinsip-prinsip desain, dan menciptakan lingkungan buatan yang berkualitas dan selaras dengan lingkungannya.





